Hari jum’at (8/11) yang
lalu, saya bertugas untuk membuka acara DAD IMM Koms. Oxygen Universitas
Brawijaya. Tugas itu dilimpahkan ketua PC IMM Malang karena dia berhalangan
hadir. Jam 15.29 saya sudah hadir ditempat acara, area Masjid Mujahidin
kompleks pondok pesantren Muhammadiyah di Kota Batu. Menurut undangan,
pembukaan dimulai jam 15.30. Disana masih sangat sepi, beberapa menit kemudian
datang dua orang panitia dan menjelaskan jika yang lain sedang dalam
perjalanan. Saya memaklumi, karena mempersiapkan DAD memang butuh persiapan yang
matang, terutama untuk menyamakan jadwal kuliah, karena DAD biasanya
berlangsung tiga hari ; jum’at, sabtu dan ahad.
Akhirnya saya menanti di
serambi masjid sambil menikmati pemandangan sekitar, kebetulan Masjid Mujahidin
letaknya didataran tinggi, sehingga kita bisa menikmati view kota batu
dari serambi itu. Sementara saya amati, dua panitia yang baru hadir itu dengan
sigap mempersiapkan tempat acara. Mulai dari menata kursi, memasang banner
hingga membersihkan sebagian ruangan yang hendak digunakan kegiatan. Sebuah
semangat yang begitu tulus.
Saya jadi teringat
moment beberapa tahun lalu, saat masih menjadi PH Komisariat. Bagaimana
kompleksnya mempersiapkan acara DAD, ditambah sumber daya panitia yang minim.
Kini Komisariat Pelopor –komisariat tempat asal saya—sudah lumayan membaik.
Terakhir ini DAD telah berhasil merekrut 24 kader. Alhamdulilah, sebuah
pencapaian yang patut disyukuri.
Ketika melihat keuletan
dan semangat dari Komisariat Oxygen, saya jadi terenyuh. Beberapa kali saya
berkunjung ke komisariat-komisariat yang cenderung baru atau mengalami kendala
dalam rekruitment kader. Misalkan di IMM Budi Utomo dan IMM Universitas
Kanjuruhan. Bahkan di IMM Kanjuruhan sendiri, terakhir DAD hanya diurusi tak
lebih dari 5 orang panitia dan mendapatkan sekitar 18 kader baru. Sebuah
perjuangan yang luar biasa dan patut disyukuri. Kita masih punya banyak stock
anak-anak bangsa yang tulus untuk berjuang.
Saya pikir, masih banyak
sosok-sosok serupa yang hadir di komisariat lain. Apalagi IMM di Malang ini berjumlah
21 Komisariat. Sebuah angka yang tidak bisa dibilang sedikit. Jika
dikalkulasikan jumlah kadernya, tentu sangat banyak, dalam satu angkatan bisa
ratusan. Maka peran IMM untuk mendidik kader-kader ini menjadi pribadi yang
Intelek, religius, dan Humanis semakin dibutuhkan. Sekalipun tidak mudah,
karena ukuran keberhasilan dari perkaderan pun tidak dijelaskan secara
spesifik, namun setidaknya IMM memberikan motivasi yang lebih baik lagi bagi
kader-kadernya untuk semakin menghidupkan sensitifitas moral dalam aspek apapun
; gerakan, intelektual, politik, hukum, dll.
Kerja keras dari
Komisariat untuk merekrut para kader itu patut menjadi renungan bagi pimpinan
yang diatasnya, karena bagaimanapun Komisariat lah yang menghasilkan kader.
Bukan IMM Cabang, Daerah ataupun Pusat. Para panitia yang berjibaku dan bersusah
payah untuk mempersiapkan kegiatan perkaderan di IMM itulah sebenarnya “sosok”
yang paling berjasa dalam melanjutkan prosesi perkaderan di IMM dan
Muhammadiyah. Tanpa mereka, tak ada kader baru dan tak ada regenerasi.
Kerja keras dan Semangat
yang dilakukan oleh para PH komisariat itu harus menjadi cambuk berharga bagi
Cabang, DPD, Hingga DPP untuk merumuskan kebijakan-kebijakan yang progresif.
Jangan sampai, level Cabang, DPD, dan DPP tidak mampu melihat semangat dari
Komisariat dan hanya sibuk untuk berdebat masalah posisi struktural yang
terlampau politis dan birokratis. Ada kalanya yang di atas belajar dari
semangat Komisariat. Semangat yang tulus tanpa pamrih dan tendensi apapun.
Wallohu’alam
A
Fahrizal Aziz
Kabid
Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Malang 2013-2014
Posting Komentar