Ini
untuk pertama kalinya IMM Cabang Malang mengadakan pelatihan tanggap bencana
yang di kelola oleh bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat. Acara itu
berlangsung selama tiga hari (7-9/03/14) di taman wisata temas kota Batu dan di
support penuh oleh relawan MDMC (Muhammadiyah Disaster and Mitigation Center),
tak lupa juga oleh TNI (Tentara Nasional Indonesia) yang berbaik hati
meminjamkan tenda dan truck besarnya untuk pelatihan. Saya ingin sedikit mendeskripsikan
model kegiatan beserta kekisruhan yang terjadi sebelum acara berlangsung.
Awalnya,
saya beserta pimpinan yang lain sempat pesimis akan keberlangsungan acara
tersebut. Pertama, karena ketidak jelasan konsep acara. Kedua,
ada ancaman serius dari panitia dan komisariat. Bahkan banyak komisariat yang
akhirnya menarik kembali kadernya yang menjadi panitia dengan alasan ‘tidak
jelasnya’ acara tersebut. Ketiga, masalah pendanaan dan partisipasi
peserta kegiatan.
Idealnya,
konsep sudah disusun secara matang sebelum Cabang mengirimkan surat
pendelegasian kepanitiaan ke komisariat. Tapi hingga terbentuk kepanitiaan,
saya pribadi beserta pimpinan cabang yang lain belum tahu menahu secara utuh
bagaimana konsep kegiatan. Lalu timbul satu pertanyaan serius, mengapa Cabang
berani mengadakan kegiatan ini jika konsepnya belum jelas? Dari penjelasan Mas
Randi, selaku kabid SosPeMas PC IMM Malang, saya bisa mengambil beberapa
kesimpulan.
Pertama, acara pelatihan ini merupakan tawaran
khusus dari Mas Arif Nur Kholis, sekretaris MDMC PP Muhammadiyah ketika Mas
Randi mengikuti pelatihan penanggulangan bencana di Hotel UMM Inn beberapa
waktu lalu. Selain Mas Randi, sosok yang menjadi katalisator acara ini adalah
Mona Atalina, Kabid Media PC IMM Malang yang juga Tim Media PP Muhammadiyah
yang kebetulan memiliki kedekatan dengan PP Muhammadiyah. di rencanakan
pelatihan di persiapkan untuk bencana Gunung Kelud. Namun, ternyata takdir
berkata lain. Gunung kelud justru terlebih dahulu meletus.
Penjelasannya,
harusnya PC IMM Malang beserta pihak MDMC bertemu beberapa kali untuk membahas
konsep ini sembari berjalannya kepanitiaan. Namun karena ada bencana kelud
tersebut, konsentrasi MDMC pun beralih ke tempat bencana. Sehingga, waktu yang
harusnya kami gunakan untuk membahas konsep jadi berkurang. Walhasil, konsep
yang harusnya kita bahas beberapa kali, hanya bisa sekali, itu pun satu hari
menjelang acara berlangsung.
Kedua, acara ini sudah diundur satu minggu, dan
setelah menjelang hari H konsep secara utuh belum diketahui, ada kekhawatiran
dari panitia, mereka meminta agar acara dimundurkan lagi. Wacana untuk
memundurkan acara pun sempat muncul di rapat PH PC IMM Malang. Namun PH yang
hadir waktu itu menyatakan jika tanggal pelaksanaan tetap sesuai jadwal 7-9
Maret 2013. Akhirnya, sebagian komisariat menarik kembali kadernya yang menjadi
panitia, dan tersisa beberapa saja.
Kami
mempertimbangkan masalah waktu. Para Instruktur dari tim MDMC sudah bersedia
untuk menetap selama tiga hari di Malang, yaitu tanggal 7-9 maret tersebut.
Kami tidak berani mengundurkan tanggal acara karena dua kemungkinan. Yaitu,
para tim MDMC tersebut rata-rata berasal dari Jogja dan Jawa tengah. Mereka
rela datang ke Malang hanya untuk pelatihan ini, jika diundur lagi, belum tentu
mereka bisa hadir, dan jika acara dibatalkan, tentu resiko yang terjadi akan
lebih besar. Selain itu, Cabang harus melaksanakan agenda bidang lainnya, jika
pelatihan ini diundur lagi, ditakutkan akan merusak planning bersama yang
dibuat di Raker (rapat kerja) PH PC IMM Malang periode 2013-2014.
Ketiga, ini merupakan acara pertama yang
dilaksanakan IMM Cabang Malang. Mas Arif Nur Kholis, sekretaris MDMC pun juga
mengatakan jika ini adalah acara pertama MDMC yang diselenggarakan dengan IMM.
IMM Jogja, yang dekat dengan PP Muhammadiyah pun belum pernah mengadakan acara
semacam ini. Karena masih perdana, tidak heran jika Bid. SosPeMas dan panitia
pun akhirnya kelimpungan. Apalagi dikejar-kejar waktu dan juga terjadi bencana
kelud yang tidak diduga-duga.
Keempat, jujur saja. Dari semua PH PC IMM
Malang, hanya Mas Randi yang pernah mengikuti kegiatan serupa. Kami PH yang
lain tidak paham bagaimana model pelatihan tersebut. Tawaran dari MDMC ini
merupakan tantangan bagi PC IMM Malang. gagal bukan menjadi soal, yang penting
ada hikmah yang bisa dipetik dan bisa menjadi cermin bagi IMM yang lain jika
hendak mengadakan kegiatan serupa. Andaipun acara ini gagal, setidaknya bisa
menjadi pelajaran bagi IMM baik Komisariat, Cabang, hingga level selanjutnya
agar tak mengulangi kegagalan yang sama.
Saya
juga melihat kegigihan Mas Randi selaku kabid SosPemas yang bekerja
ekstra-keras untuk mewujudkan kegiatan ini. kemampuannya membagi waktu untuk
mempersiapkan acara dan juga mengkoordinir relawan bencana gunung kelud. Secara
normal, harusnya Mas Randi sudah putus asa, menyerah, dan meng-cancel acara
ini dikarenakan kesibukan yang padat dan juga waktu yang terbatas. Tapi agaknya
hal itu tidak pernah terlintas di benaknya, ia berjalan terus untuk menjadi
pelopor. Saya tahu banyak PH/panitia yang grundel hatinya sebelum dan
selama kegiatan ini berlangsung. Tapi saya memaklumi, beratnya di posisi Mas
Randi.
Saya
yang “tak tahu menahu” pun hanya bisa mensupport tenaga dan pikiran. Selama
tiga hari, saya stand by di tempat acara, tak kemana-mana, meskipun tak banyak
yang bisa saya perbuat, selain ikut menghabiskan konsumsi, snack, dan kopi.
hehe
Akhirnya
acara berlangsung juga, hanya beberapa komisariat yang mendelegasikan peserta,
ditambah delegasi dari IPM Kota batu. Tiga pemateri utama datang, dr. Catur,
dr. Zuhdiyah, dan Dr. Zakaria, M.Psi. Sisanya di handle langsung oleh
tim MDMC seperti Mas Arif, Mbah Darmo (saya lupa nama lengkapnya, maaf), Mas
Faruq dan beberapa orang dari komunitas relawan Muhammadiyah (KRM) yang datang
langsung dari Surabaya dan Jember.
Ada
rasa haru ketika acara akhirnya berlangsung, karena siangnya, sekitar pukul
14.00 hingga adzan ashar berkumandang, kami dibayang-bayangi oleh kegagalan
acara ini. truck peserta belum juga datang. Saya bersama Mas Didik, sekretaris
umum dan juga Mas Jumhur, Sekbid Tablig menanti di tempat acara dengan perasaan
was-was. Di depan UMM –tempat berkumpulnya peserta— truck TNI sudah datang,
hanya ada sepuluh orang. Mereka tidak mau mengantarkan peserta yang jumlahnya
hanya sepuluh orang. Karena instruksi komandan, peserta lebih dari 30 orang.
Akhirnya setelah menanti dan melobi sana-sini, Truck TNI bersedia berangkat.
Satu
hari sebelum acara berlangsung, dana dari lembaga belum turun, jumlah peserta
juga belum pasti, dana yang ada hanya ratusan ribu, jangankan untuk
melaksanakan acara, untuk membayar sewa tempat pun tidak cukup. Kami was-was
lagi. Alhamdulilah, atas kegesitan PH, dana bisa di dapat di hari jum’at.
Akhirnya Kami bisa shalat jum’at dengan tenang. Allohu Akbar!
Panitia
yang hanya tersisa beberapa orang, berjuang ekstra keras, Lubis
–ketupel—melakukan koordinasi luar biasa. Ia sempat bingung, ia belum pernah
melaksanakan acara yang serba “tak terduga” seperti ini. Tapi saya salut, IMM
Aufklarung harus bangga memiliki kader seperti dia. Saya juga salut dengan tiga
adik komisariat saya ; Fahmi, Alpin dan Mardiyah yang didelegasikan langsung
oleh IMM Koms. Pelopor UIN sebagai panitia. Mereka bekerja keras dari jum’at
pagi hingga acara selesai. Untuk panitia lain yang saya tak tahu namanya,
terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua.
Acara
inti baru di mulai sehabis Isya’, di awali dengan perkenalan, saya memandu
acara perkenalan tersebut. Untung saja, para relawan dari KRM malam itu bisa mencairkan
suasana dengan humornya yang kocak dan njeleneh, sehingga suasana
menjadi lebih santai. Dilanjutkan materi pertama yang diisi oleh dr. Catur,
dokter lulusan Universitas Brawijaya yang juga penanggung jawab LPB mdmc Jawa
Timur. Dari dokter Catur, saya jadi tahu, jika menjadi relawan tidak harus
ketika pas bencana. Tapi ada tiga tahap ; pra, pas dan pasca. Jangan dikira
setelah gunung kelud meletus, ‘lowongan’ untuk menjadi relawan itu usai, masih
ada upaya untuk Recovery dan Rehabilitasi pasca bencana terjadi.
Keesokan
harinya, materi diisi oleh tim mdmc dan juga dokter Suudiyah yang datang
jauh-jauh dari lamongan. Materi yang dibawakan dokter Suudiyah adalah Basic
life support sekaligus simulasi singkat bagaimana menolong korban bencana,
mengevakuasinya hingga menolong para penderita penyakit tertentu semisal
penyakit jantung. Ternyata tidak gampang, tapi tidak terlalu sulit jika di
coba.
Hari
minggunya, acara outbond di gelar. Karena minimnya peserta, panitia pun
akhirnya nimbrung dalam kegiatan outbond tersebut. Outbond di pandu oleh
empat orang dari IMM Psikologi UMM. Saya tidak mengikuti dari awal, karena
ketika outbond di mulai, saya pergi ke ruangan untuk menge-cas baterai kamera,
inginnya menanti sekitar 15 menit sampai baterai terisi dan kamera bisa
digunakan, tapi apa daya, saya justru ketiduran dan terbangun dua jam kemudian.
Saya bangun dan bergegas menuju lapangan, disana sudah dilaksanakan game
terakhir.
Akhirnya
acara ditutup ba’da dhuhur. Hujan sempat turun mengiringi pemulangan peserta.
Mas Prima, sekbid RPK itu dengan setia menjadi ‘sopir’ yang mengantarkan
mereka. Mau bagaimana lagi, tidak semua PH PC IMM Malang bisa mengemudikan
mobil. Akhirnya kami semua bersih-bersih ruangan dan bersiap pulang.
Saya
tahu, akan banyak yang membicarakan acara ini, membicarakan gagal-suksesnya. Itu
hal biasa. Tapi semua telah bekerja keras, duet Mas Randi dan Mas Yosi beserta
PH dan Panitia. Tak ada yang perlu di sesali! Fastabiqul khairat! (**)
Blitar, 10 maret 2014
A Fahrizal Aziz
Bid. RPK PC IMM Malang
Posting Komentar