Assalamualikum, Selamat Datang. Salam Ukhuwah



Haruskah Menunggu sampai matahari terbit dari barat?

Selasa, 08 April 20140 komentar

Kondisi bangsa Indonesia saat ini bisa dibilang cukup memprihatinkan. Bagaimana tidak banyak sekali kasus-kasus yang membuat hati ini trenyuh, banyak hal yang terlihat tak wajar dan seharusnya tidak terjadi. Disorganisasi tersebut terjadi pada banyak bidang kehidupan bangsa Indonesia, dari bidang politik, sosial, budaya, dan juga di bidang ekonomi.
Misalnya saja di bidang politik, perpolitikan Indonesia yang ada saat ini sudah jauh dari koridor ideologi Pancasila, bukan prinsip etika politik Pancasila yang diterapkan, tetapi prinsip kebiasaan yang berlaku. Suatu tindakan politik dapat dibenarkan, meskipun itu sebenarnya bertentangan dengan prinsip etika politik pancasila tetapi sesuai dengan kebiasaan yang ada. Kalau suap itu biasanya sah, ya itu sah-sah saja, maka mereka yang tidak mengikuti prinsip kebiasaanyang ada akan didepak jauh-jauh dan dicabut dari peredaran.  Korupsi seolah menjadi fenomena yang biasa terjadi setiap hari, kasus yang satu belum tuntas terusut, kasus baru kembali terkuak, begitu seterusnya bagai lingkaran setan yang tak berujung. Tidak hanya di bidang politik, dunia sosial Indonesia juga perlu mendapat perhatian, mulai dari maraknya tawuran pelajar, kriminalitas dan kebrutalan geng motor, dan masih banyak lagi, yang paling memprihatinkan dari kasus sosial saat ini adalah, penyumbang terbesar pelakunya adalah generasi muda. Terlebih aset budaya kita, tidak hanya satu yang telah diklaim oleh negara lain, tapi kita bisa apa? Selama ini ke mana saja? Bidang ekonomi apalagi, sudah berapa banyak produk kita yang mampu bersaing di pasar global? Atau justru kita ikut hanyut terbawa arus, dengan santai memakai produk-produk luar negeri, tanpa rasa khawatir, apalagi berfikir akibatnya. Apa itu salah? Mungkin itu sah-sah saja, toh kita memang butuh produk itu, selain produk-produk luar negeri sebut saja produk Tiongkok, lebih mudah kita dapat, kualitasnya cukup bagus, dan harganya lebih murah.

Dengan keadaan bangsa kita yang memprihatinkan itu, masihkah kita bisa berdiri tegak di atas bumi pertiwi ini di masa yang akan datang? Masih pantaskah kita berbangga sebagai orang Indonesia? Masih bisakah kita menyebut nama Indonesia di panggung dunia? Jawabannya adalah bisa! Saya yakin generasi muda punya potensi yang luar biasa. Hanya saja saat ini mereka masih tidur pulas, terbuai dengan kehangatan mimpi-mimpi indah. Ayo kawan segera bangun, matahari telah tinggi di ufuk timur sana, semua impian-impian indah kita selamanya akan sebatas menjadi bunga tidur, bila kita tidak segera bangun dan merealisasikannya dengan langkah nyata. Sampai kapankah kita akan tertidur? Yang jelas kita tidak mungkin menunggu sampai matahari terbit dari barat, karena bila itu terjadi berarti kita sudah sangat terlambat.
Saya percaya pemuda punya potensi memperbaiki dunia, karena banyak sumber yang menyebutkan bahwa pemuda adalah the agent of change atau sebagai agen-agen perubahan, tentunya dalam konotasi yang positif, yaitu mengubah yang buruk menjadi lebih baik. Ditinjau dari aspek sejarah bangsa kita, pemuda memiliki peran yang sangat nyata, peristiwa Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1998 adalah bukti kongkritnya. Delapan puluh lima tahun  silam para pemuda-pemudi dari berbagai tanah air mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa Indonesia. Sebuah kesadaran mencari dan menemukan identitas diri sebagai manusia pemuda Indonesia. Proses integrasi identitas sebagai pemuda Indonesia tersebut bukanlah sebuah konsep yang dibangun berdasarkan kesamaan ras, etnis, suku, budaya, maupun agama, tetapi justru dibangun melalui sebuah keragaman (perbedaan) yang ada pada saat itu. Alhasil, integrasi pemuda saat itu secara tidak langsung telah menjadi tonggak sejarah lahirnya bangsa Indonesia. Selain itu coba kita bayangkan seandainya para pemuda seperti Wikana, Sukarni, dan kawan-kawan, tidak menculik dan mengamankan Bung Karno juga Bung Hatta ke Rengasdengklok, mungkin Indonesia tidak jadi merdeka.
Semua orang percaya dan setuju bahwa pemuda adalah pihak yang tepat diserahi tanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa yang terjadi saat ini, serta mengharumkan nama Indonesia di masa yang akan datang sebagai bangsa yang berkarakter kuat, dan menjadi rujukan bangsa-bangsa lain di dunia. Bahkan Proklamator sekaligus mantan Presiden pertama Indonesia memberikan apresiasi langsung kepada pemuda dalam pidatonya, beliau mengungkapkan 100 orang hanya bermimpi, tetapi berikanlah aku 10 pemuda maka akan kuguncang dunia!”. Generasi muda memiliki beberapa kelebihan dibandingkan generasi tua. Pertama, generasi muda lebih idealis dan memiliki daya kritis yang tinggi, Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang. Kedua, kreativitas dan dinamika yang tinggi di kalangan generasi muda menyebabkan mereka memiliki kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru. Ketiga, dibanding generasi tua, generasi muda lebih memiliki keberanian dalam mengambil resiko. Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha-usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko. Keempat, jiwa yang muda lebih optimis dan penuh semangat, selain itu generasi muda saat ini lebih terdidik, karena memiliki kesempatan belajar yang lebih luas dibanding generasi terdahulunya, sehingga mereka lebih menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki generasi muda, maka akan lebih baik bila mereka segera bergerak untuk berpartisipasi menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa. Membahas tentang pemuda, maka memiliki keterkaitan yang erat dengan mahasiswa, dan juga tidak bisa lepas dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Warga Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus paham tentang makna dari status mahasiwa yang melekat pada diri. Kata “maha” berarti sangat dan “siswa” adalah status yang ditujukan kepada mereka sedang mendalami suatu ilmu, maka status mahasiswa merupakan sebuah ungkapan penghormatan kepada mereka yang dianggap memiliki kelebihan dari segi intelektual. Oleh karena itu mereka harus peka terhadap persoalan-persoalan yang ada paling tidak yang sesuai dengan bidang keilmuan yang mereka kaji. Mahasiswa Muhammadiyah yang mengaji bidang politik harus peka terhadap permasalahan politik bangsa, dan dengan kapasitas intelektualnya mampu menghadirkan solusi, dan menjadi agen penggerak utama yang mengembalikan laju pergerakan politik yang sesuai alur sebenarnya berdasarkan prinsip etika politik pancasila, yang menjunjung tinggi pluralisme, Hak Asasi Manusia, solidaritas bangsa, demokrasi, dan keadilan sosial. Tidak hanya cukup dengan peka tapi juga harus sigap, contoh yang paling umum dan harus segera diatasi dengan sigap adalah korupsi. Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa dapat melakukan banyak hal untuk kasus yang satu ini. Korupsi bukan hanya harus diberantas, tetapi juga harus dicegah. Oleh karena itu, selain menjadi pengawas proses hokum tersangka-tersangka korupsi yang sudah berhasil terungkap, mahasisa juga dapat menjadi penyebar antivirus yang tepat dengan menjadi generasi yang mengerti, memahami bahaya laten dari korupsi. Mahasiswa menempati sebuah lingkungan yang sangat ideal untuk menyebarkan mental anti terhadap korupsi. 
Mahasiswa Muhammadiyah yang mengaji ilmu seni dan sastra, selayaknya mampu menjaga karya-karya dan warisan budaya yang  telah ada, mengambil dan mempelajari kearifan lokal yang terkandung pada warisan budaya itu, memang terkadang dalam suatu warisan budaya terdapat unsur-unsur yang tidak sesuai dengan syariat, tetapi harus tetap  dihargai bahwa keberadaannya merupakan sebuah proses perkembangan kualitas intelektual dari sebuah peradaban. Bagaimana kita bisa memberikan solusi bila tidak mau mengenalnya. Dengan mengenal setidaknya dapat mengetahui bagian mana yang perlu diluruskan, kemudian menciptakan karya masterpiece yang berkarakter kuat sesuai jati diri bangsa, tanpa mengandung unsur  yang bertentangan dengan syariat, dilanjutkan dengan membukukan karya tersebut tanpa menghapuskan sejarah awal  penciptaan karya dari pencatatan.
Mereka yang memiliki kapasitas intelektual dalam bidang ekonomi, juga tidak boleh kalah dalam kepekaan dan kesigapan dalam bergerak. Mereka harus bisa mengubah paradigm yang telah mendarah daging bahwa setelah kuliah mendapatkan pekerjaan yang nyaman. Tetapi ketika jumlah lulusan perguruan tinggi tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia, hal ini kemudian justru menjadi kendala. Karena telah menciptakan angka pengangguran yang meningkat, dengan label angka pengangguran terdidik. Tentunya hal ini juga bukanlah label yang diinginkan. Olehkarena itu, jiwa wira usaha juga merupakan sebuah kompetensi yang harus dikembangan oleh mahasiswa. Agar setelah lulus, merekalah yang dapat membuka lapangan pekerjaan, bukan yang mencari lapangan kerja.
            Hal-hal tersebut tentunya harus segera dilakukan tanpa ditunda-tunda lagi. saat sebuah pekerjaan terlambat selesai, ada harga yang harus dibayar atas keterlambatan itu. Bayaran itu tidak kecil, tetapi sangat besar. Artinya seseorang akan mengalami kerugian besar dalam hidup. Bukankah Muhammadiyah lahir karena sikap peka dan sigap dari Muhammad Darwis terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya, maka sudah jelaslah sebagai generasi muda penerus perjuangan Muhammadiyah selayaknya meneladani sikap dari pendiri organisasi berkemajuan itu. Jangan sampai suatu saat nanti, kita hanya tinggal bisa membanggakan karya pendahulunya dan hanya bercerita kepada generasi yang kemudian bahwa dulu bapak-bapak kita pernah memiliki prestasi yang besar terhadap bangsa ini, itulah karya pendahulu kita, demikianlah hasil pendahulu kita, bila itu terjadi maka itu adalah sebuah kerugian, karena yang seharusnya terjadi, generasi muda saat ini dapat menyatakan kepada penerusnya “Inilah karya kami!”. (*)




*Diah Ayu Puspitasari
Kader Muda IMM Ekstra Universitas Negeri Malang
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Segelas Kopi untuk Ikatan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger